Rabu, 28 April 2010

Feature

KEHIDUPAN PENJUAL MINUMAN HANGAT DI MALIOBORO

YOGYAKARTA, SRIKANDI AYU - “Kopi, susu, teh hangat mbak…mas..!” Teriak seorang ibu setengah baya sambil berjalan menjajakan daganganya”
Seorang ibu bernama Titin (45 tahun) bekerja menjadi penjual minuman di sekitar Benteng Vendenburg Malioboro sejak bulan Juli tahun 2009. Titin mengaku berjualan karena suaminya sudah di PHK. Untuk membantu mencukupi kebutuhan keluarga beliau berkerja sebagai pedagang minuman keliling di malioboro. Wanita asli dari Bratang Surabaya ini, lahir dari sebuah keluarga sederhana. Beliau anak ke 2 dari 6 bersaudara, 3 perempuan dan 3 laki-laki. Ibu Titin mendapat suami orang Jogja bernama Bapak Ilyas. Menikah sejak tahun 1992, pernikanya pun sudah berjalan 18 tahun dan dikaruniai 2 anak laki-laki.
“Dulu suami saya bekerja di Sawit Kalimantan Barat sejak tahun 1996 sampai 2009. Tetapi karena mendapat serangan jantung dan terjadi PHK terpaksa kembali ke Jogja dan ikut berjualan minuman sejak bulan Desember tahun lalu,” katanya. Beliau pernah tinggal di Kalimantan Barat menemani sang suami bekerja. Tinggal disebuah mess yang disediakan oleh perusahaan. Anak-anaknya pun diajak pindah ke Kalimantan, namun setelah SD anak-anakya titipkan kepada orang tua di Surabaya.
“Saya berjualan bersama suami di Malioboro mulai jam 19.00 sampai jam 24.00 malam. Kami hanya berjualan minuman saja seperti kopi, susu, teh dan minuman lainya, karena kalau dengan makanan akan repot,” ujarnya. Ia mengaku hasil berjualan minuman dianggap cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Selama berjualan banyak cerita suka duka yang ia miliki menjadi pedagang minuman. “Kalau sukanya banyak teman, dagangan laris dan mendapat uang banyak sedangkan dukanya ketika berjualan sepi. Terkadang ada pembeli yang tidak membayar, tetapi saya iklas,” ujar Titin. Selama berjualan ia mengaku saling menjaga hubungan baik dengan pedagang lainya sehingga tidak ada persaingan. Malam itu ibu Titin nampak ceria, orangnya suka humor. Beliau sangat bersahaja, memakai jilbab dan kacamata. Walaupun kesehariannya hanya menjadi ibu rumah tangga, dan tidak bekerja lainya selain menjadi pedagang minuman beliau berserta suami dapat menyekolahkan kedua putranya sampai ke jenjang SMA. “Saya tidak malu bekerja menjadi penjual minuman, asalkan anak saya bisa sekolah,” ujar Titin sambil tersenyum. (ENDAH SETIYANINGRUM /153080077/F)

0 komentar:

Posting Komentar