Rabu, 05 Mei 2010

Feature

Si Bakul Gendong Mbah Surip

Yogyakarta: Setiap jinjingannya sangat berarti. Karena dari jinjingannya itulah mbah Surip menghidupi cucunya yang semata wayang. Tak hanya karena ingin mendapatkan uang, mbah Surip pun ikhlas menolong orang untuk dibawakan barang-barangnya.

Pasar Beringharjo yang selalu dipadati oleh para pengunjung, membuat mbah Surip tak pernah patah semangat untuk mencari nafkah guna menghidupi cucunya seorang yang sudah lama ditinggal pergi oleh orang tuanya. Dari pukul 6 pagi, mbah yang berusia 72 tahun ini sudah bertengger di anak tangga pasar Beringharjo. Sembari melontarkan senyuman ia pun menawarkan bantuan berupa tenaga yang ia miliki untuk membawakan barang-barang belanjaan pengunjung pasar Beringharjo. Ia pun tak pernah mematok harga untuk setiap barang yang dipikulnya.

Dengan kondisi tubuh yang selayaknya beristirahat karena usia yang sudah tidak memungkinkan untuk melakukan pekerjaan seperti ini, namun mbah Surip tetap senang melakukannya dan ia terlihat senang jika dapat membantu orang lain. Raut muka yang sudah keriput, nafasnya yang terengah-engah ketika membawakan barang-barang, mbah Surip selalu tersenyum menjalani pekerjaannya ini. Saya sangat senang jika dapat menghidupi cucu saya sendirian dan saya juga dapat menolong orang lain untuk membawakan belanjaannya, ujar mbah Surip seraya mengusap keringat yang mulai menetes dari dahinya karena siang itu pun matahari sangat menyengat.(Dwi Ariani, 153 080 198)

0 komentar:

Posting Komentar