Rabu, 28 April 2010

Feature



Di balik Kisah Hidup Pedagang Sate

YOGYAKARTA, SRIKANDI AYU “Satenya mas…, satenya mbak…, Cuma Rp 3000,00 mas…, mbak…”, teriak Erna penjual sate yang menggantungkan hidupnya dengan berjualan sate setiap harinya.

Erna (48tahun) penjual sate yang setiap harinya berjualan sate di depan Benteng Vanderburg sudah 30 tahun mengais rezeki dengan berjualan sate. Awalnya Erna berjualan sate dengan berkeliling dari rumah ke rumah, namun sudah beberapa tahun ini ia mendapatkan tempat yang menetap didaerah sekitar Benteng Vanderburg.

Wanita asal Madura ini setiap harinya berjualan sate mulai dari pukul 17.00 sampai pukul 00.00. Meski penghasilannya tak menentu namun tak ada rasa pesimis sedikitpun yang tersirat pada raut wajahnya. “Kalau lagi rame bisa sampai 3-4 ayam, tapi kalo sepi ya hanya sekitar 1-2 ayam,” cerita Erna sambil malu-malu. Erna mengaku bahwa keuntungannya kurang lebih 30-40ribu setiap harinya, namun dengan catatan jika kondisinya sedang ramai. Selama 30 tahun menjadi penjual sate, banyak cerita suka dan duka yang ia miliki. Salah satunya adalah cerita saat ia beserta dagangan satenya digrebek oleh Satpol PP sewaktu dilaksanakan penertiban kota. “Saya pernah sampai tertangkap satpol PP, saya lari sembunyi di pasar dan semua barang-barang dagangan saya diambil seperti dingklik, bakaran sate, dan kipas. Dan saya harus mengambilnya dengan menebus uang sejumlah 50 ribu,” cerita Erna dengan sedikit tersenyum.

Meski hanya dengan berjualan sate namun ibu 5 anak ini berhasil menyekolahkan anak-anaknya sampai pada bangku SMA. Apapun akan ia lakukan untuk anak-anaknya., termasuk dengan berjualan sate yang setiap hari ia lakukan. Meski terlihat berat, namun semua itu ia lakukan dengan senang hati dan penuh semangat. (Saras Putri Utami/153080055)

0 komentar:

Posting Komentar