Rabu, 28 April 2010

Tugas Individu Feature(Tri Hitayati /153080144/F)

Feature

BERJUALAN DODOL HANYA UNTUK ANAK ISTRI (editan berita feature)

YOGYAKARTA,SRIKANDI AYUSemangat pantang menyerah, mungkin kata-kata itu cocok untuk Warno yang menjajakan demi menghidupi anak dan istrinya.

Warno (35) warga asli Magelang yang kesehariannya bekerja menjualkan dodol di sekitaran Benteng Vanderburg , Jl. Malioboro Yogyakarta. Beliau memiliki 3 oranganak yang masih duduk di bangku SD dan duduk di bangku SMP. Bapak 2 putra 1 putri ini menjualkan dodol yang ia ambil dari tengkulak Magelang dan ia jual kembali ke Yogya. Awalnya, Warno (35) bingung mencari bidang usaha yang ia tekuni. Pilihannya pun jatuh pada dodol, karena saat itu ia menerima ajakan temannya yang sudah lebih lama menggeluti di bidang tersebut. Walaupun penghasilan yang ia dapatkan dari menjual dodol tidak terlalu banyak ia yakin dapat menghidupi anak dan istrinya yang menanti. Tanpa letih Warno (35) setiap harinya memulai mengambil dodol jam 19.00, kemudain dodol tersebut di bawa dengan membonceng rombongan mobil angkutan menuju Benteng Vanderburg, Jl.Malioboro.

Sekitar jam 20.00 Warno (35) mulai menjajakan dagangan dodolnya dengan berjalan keliling di pinggiran Benteng. Tak jarangnya Warno (35) merasakan kendala yang ia alami dalam usaha berjualannya, mulai dari cuaca. Bila cuaca hujan, Warno (35) hanya bisa berteduh dan tidak dapat berkeliling menjual dagangannya. Sesekali juga bilamana kena Satpol PP , Warno (35) segera menunjukkan KTP. "Dengan mengandalkan dodol saja itu tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan keluarga dan keuntungannya dalam berjualan pun sedikit”,ujarnya.

Pendapatan kotor pak Warno dalam sehari hanya mendapatkan 20 - 30 ribu saja, itu pun di kurangi biaya transportasi. Warno harus pintar-pintar membagi penghasilan, saat ditanya apakah uang segitu cukup pak ? ya besar pasak dari pada tiang katanya sambil membasuh mukanyanya yang kusam” Dia juga mengatakan bahwa ia harus pintar-pintar membagi uang karena ia harus menanggung uang makannya sehari-hari dan anak istrinya. Warno mengaku bahwa hubungan mereka sesama penjual dodol sangat terjaga “ Ya sama-sama rekann\ kerja kalau ada apa-apa ya di Bantu, ujar Warno dengan senyum simpulnya. Warno mengaku sangat senang berjualan di Malioboro, selain itu orangnya ramah-ramah dia juga menemukan pengalaman yang berwarna-warni dan walaupun tidak di kampungnya sendiri ia dapat bermasyarakat dengan baik, sehingga ia tetap semangat mencari nafkah demi menghidupi anak istrinya. ( Tri Hitayati / 153080144 )

0 komentar:

Posting Komentar